KENAPA MEREKA MENGHINA NABI MUHAMMAD SAW ?

Berbagai cara dilakukan     sebagian orang menghina dan melecehkan para nabi utusan Allah, terutama Nabi Muhammad. Penghinaan itu ada yang tertulis dalam novel, berbentuk kartun, bahkan juga ada berupa film.

Semua bentuk penghinaan dan pelecehan yang mereka lakukan itu tidak terlepas dari dasar pemikiran yang menjadi asas keyakinan mereka. Apa itu?



Kemuliaan Nabi
Akidah Islam meyakini bahwa para nabi itu adalah manusia mulia pilihan Allah, dan diri mereka semua terhindar dari segala maksiat (ma’shum). Nabi Muhammad mempunyai akhlak mulia (al-Qalam:4).

Ketika Saidah Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad, beliau menjawab, akhlaknya adalah Alquran (HR Muslim).

Ini sesuai dengan pernyataan Nabi Muhammad bahwa dia diutus untuk menyempurnakan kemulian akhlak (HR. al-Bukhari). Kemulian akhlak itu merupakan kemaslahatan agama, dunia dan akhirat.

Mahatma Gandhi, tokoh spritual India itu tiada hentinya membaca biografi Nabi Muhammad, dan dia memuji keagungan Nabi Muhammad.

Penulis buku The Genuine Islam, George Bernard Shaw mengatakan, Muhammad adalah sosok pribadi agung penyelamat kemanusiaan.

Makanya, penulis buku The 100: A Ranking Of The Most Influential Persons In History, Michael H Hart menempatkan Nabi Muhammad pada tempat pertama dari 100 tokoh agung yang sangat berpengaruh di dunia.

Begitu juga, Nabi Ibrahim dianggap sebagai bapak para nabi (al-An’am: 84-87). Sebagai pemimpin (al-Baqarah: 124). Sebagai orang saleh dan suci di dunia dan akhirat (al-Baqarah: 130).

Sebagai orang jujur dan berkata benar (Maryam: 41). Sebagai kekasih (khalil) Allah (al-Nisa’: 125). Bahkan juga sebagai teladan yang baik (al-Mumtahanah: 4).

Nabi Luth disebut sebagai hamba saleh (al-Anbiya: 75). Nabi pencegah kemungkaran (al-A’raf: 80). Dirinya bersih dari dosa (al-A’raf: 82). Dia juga diselamatkan Allah (al-Ankabut: 32).

Nabi Ishak adalah orang saleh dan mendapat berkah dari Allah (al-Shaffat: 112-113). Nabi Ishak dan Nabi Ya’kub itu orang suci pilihan Allah (Shad: 47).

Nabi Ya’kub memiliki sipat kesabaran yang mulia (Yusuf: 18). Nabi Ya’kub juga tidak putus asa dari pertolongan Allah (Yusuf: 87). Nabi Ya’kub juga berwasiat dengan tauhid dan Islam kepada anak-anaknya (al-Baqarah: 133).

Alquran menyebut Nabi Dawud sebagai pemimpin (Shad: 26). Nabi pembawa kitab suci Zabur (al-Isra’: 55). Nabi yang taat kepada Allah (Shad: 17).

Nabi yang punya kekuasaan, hikmah, dan ilmu (al-Baqarah: 251). Dia juga Nabi yang bijaksana menyelesaikan perselisihan (Shad: 20).

Dengan begitu, Umar bin Khattab menegaskan, orang yang mencela Allah, atau salah seorang para Nabi utusan Allah, maka orang itu dikenakan hukuman mati (Imam Taqiyuddin al-Subky: al-Saif al-Maslul).

Memang, ayat 121, Surah Thaha mengatakan Nabi Adam melakukan dosa. Tapi,  Alquran juga menegaskan bahwa tidak ada unsur kesengajaan Nabi Adam dalam melakukannya (Thaha:115).  Dan Allah tidak mengazab orang yang melakukan dosa tanpa sengaja atau lupa (al-Ahzab:5).

Begitu juga kisah Nabi Yusuf dengan istri penguasa Mesir (Yusuf: 24). Itu bukan bermakna bahwa Nabi Yusuf  tergoda mau melaksanakan perbuatan zina.

Tapi kata hamma pada ayat itu dan pada semua ayat Alquran bermakna menganiaya atau memukul. Maka, tiada terniat dalam hati Nabi Yusuf untuk melakukan zina (Sayid Sabiq: al-Aqa’id al-Islamiyah).

Dasar Pemikiran
Namun begitu, kitab suci Taurat (Perjanjian Lama) dan Injil (Perjanjian Baru) sebagai dasar keyakinan sebagian pencela Nabi Muhammad itu tidak menempatkan para nabi pada kedudukan mulia.

Bahkan tertulis jelas para nabi itu melakukan maksiat dan dosa besar. Ini yang menjadi dasar pemikiran mereka yang tidak merasa berdosa menghina dan melecehkan Nabi Muhammad.

Di antaranya, waktu memasuki Mesir menyelamatkan diri dari bahaya kelaparan yang terjadi di Kota Kan’an, Nabi Ibrahim berbuat dusta dengan menyuruh Sarah (Sarai) mengaku sebagai adiknya.

Lalu, demi mendapat kekayaan, Nabi Ibrahim menyerahkan Sarah kepada Firaun dijadikan sebagai isrtinya (Kitab Kejadian: 12:10-20).

Nabi Luth (Lot) pergi dari Zoar dan menetap di pegunungan dengan dua anak perempuannya. Kedua anak perempuannya ingin meneruskan keturunan ayahnya.

Maka di waktu mau tidur, mereka memberi Nabi Luth minuman anggur, lalu mabuk, dan akhirnya melakukan zina dengan kedua anak perempuannya.

Anak perempuan pertama melahirkan lelaki bernama Moab, anak perempuan kedua juga melahirkan lelaki bernama Ben Ami (Kitab Kejadian: 19: 30-38).

Nabi Ya’kub melakukan penipuan kepada ayahnya Ishak untuk mendapatkan berkat kenabian. Dia juga melakukan tipu muslihat merugikan kakak sulungnya, Esau (Kitab Kejadian: 27: 1-40).

Disebutkan, pada waktu petang, Nabi Dawud berjalan di atas istananya, lalu dia melihat perempuan cantik, Batsyeba binti Eliam sedang mandi.

Kemudian Nabi Dawud menyuruh orang mengambil Batsyeba, terus Nabi Dawud tidur bersama Batsyeba, dan akhirnya Batsyeba hamil.

Kemudian, Nabi Dawud memerintahkan suami Batsyeba, Uria berperang dan berada pada garda depan yang pada akhirnya dia terbunuh dalam peperangan itu.

Lalu Nabi Dawud mengambil Batsyeba menjadi istrinya (2 Samuel: 11: 1-27). Dan Nabi Sulaiman (Salomo) itu adalah anak luar nikah hubungan Nabi Dawud dengan Batsyeba istri Uria (Injil Matius: 1: 6).

Dan disebutkan, Nabi Sulaiman itu punya 700 istri dari kaum bangsawan, dan 300 gundik. Pada waktu tuanya Nabi Sulaiman tidak sepenuh hati taat kepada Allah, malahan dia mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom dewa kejijikan sembahan orang Amon (1 Raja-Raja: 11: 1-8). Nauzubillah.***


Syamsuddin Muir, Dosen UIR, STAFF ILMU & IMAN FOUNDATION

Tidak ada komentar:

Posting Komentar